Jumat, 21 Desember 2012

Taman Bermain dan Jalan Pulang

Dunia ini ibarat taman bermain, sesenang apapun kita mencoba segala jenis permainan, pada akhirnya kita harus berhenti dan pulang kembali ke tempat yang kita sebut rumah.
Yup, kenapa saya sebut taman bermain? Bukankah didunia ini tidak hanya senang-senang? Namun juga ada sedih dan susah didalamnya.
Antri, salah satu syarat untuk dapat bermain sebuah permainan, dari antri membeli tiket sampai antri menggunakan permainan tersebut. Dalam kehidupan juga ada masanya untuk kita bisa mendapatkan sesuatu, bahkan mungkin sudah lama antri tiket, eh, malah gak kebagian tiket (alias tiketnya habis), itulah dunia kadang butuh waktu untuk mendapatkan sesuatu, bahkan bisa saja, tidak dapat sama sekali. Maka cobalah permainan yang lain :).
“hidup itu ibarat roller coaster, kadang naik kadang turun, maka nikmati saja setiap sensasinya”, banyak kan yang bilang seperti ini, roller coaster pun salah satu permainan yang ada ditaman bermain.
Namun, yang saya titik beratkan adalah pada kalimat “pada akhirnya kita harus berhenti dan pulang kembali ke tempat yang kita sebut rumah”, maksud saya disini adalah kematian guys, satu-satunya jalan untuk pulang kembali dimana tempat kita berasal adalah kematian, hanya saja kadang kita terlalu senang ditaman bermain hingga akhirnya kita enggan untuk pulang, bahkan takut, karena kita lupa JALAN PULANG, juga, kita lupa betapa indahnya rumah yang dulu kita tinggalkan. Yah, sebuah negeri yang kita sebut akhirat, sebuah negeri yang abadi.
Ada sebuah pertanyaan, “bukankah yang abadi itu hanya Tuhan?, lalu kenapa akhirat itu adalah negeri yang kekal?”. Sama seperti samudra, dimanapun air yang mengalir, pasti akan kembali ke samudra. Seperti ayat di Al-Qur’an yang artinya : “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud” (Q.S. Al-Hijr:29). Jadi sejatinya, kita (ruh) adalah bagian dari pada Sang Pencipta tersebut, maka saya menyebut negeri akhirat itu adalah Tuhan itu sendiri. Kita telah lupa, saat kita berangkat menuju dunia kita diantar oleh Tuhan (saat didalam perut ibu, kita dibentuk-Nya, diberi makan, dan diantar hingga pintu dunia), disambut oleh tangan bidan dan di amanahkan kepada orang tua kita, dan dibisikkan agar kita tidak lupa kepada-Nya karena PETA JALAN PULANG itu ada pada-Nya, sebab seharusnya Dia yang mengantar dan Dia pula yang menjemput. Namun kebanyakan kita telah lupa tujuan kita di taman bermain ini dan juga telah melupakan-Nya.
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (Q.S. Al-‘Araf:172).
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (Q.S. Al-An’am:32)
Jadi selain bermain-main di taman bermain ini sejatinya terselip satu tujuan, yaitu mencari JALAN PULANG tersebut, sehingga saat pulang nanti kita tidak ‘tersesat’ dan salah jalan. Dan karena PETA JALAN PULANG tersebut yang memegang adalah Tuhan itu sendiri maka didunia ini kita harus menemukan Si Pemegang Peta, agar kita dapat mengenali-Nya saat waktu dijemput nanti. “barang siapa yang tidak menemukan Tuhan di dunia, maka mustahil dapat bertemu Tuhan diakhirat”.
Karena gosipnya hari ini (21 Desember 2012) kiamat, maka jangan takut dengan kematian, karena kematian hanya ‘pintu’ menuju dunia yang lain. Oke guys, selamat membaca dan ini hanya sebuah perenungan koq, ^_^.

note : foto by google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

#FFRabu - Kala Adam Pemakan Daging

“Makanan ini enak sekali, apa kau meminta kepada Tuhan?” Tanya Hawa pada Adam. “Mungkin ini makanan terakhir kita di Surga, aku telah ...