Selasa, 26 November 2013

(Ikutan) Writing Project #AntologiRindu tanpa kata Rindu

Pict comot dari sini
(FLASH-FICTION) Pesawat Tujuan Surga 
Bandara ini penuh sesak dengan orang-orang yang berlalu-lalang, supir taksi legal maupun ilegal, barang-barang bawaan, troli, pun teriakan para calo. Aku memilih tempat dimana bisa tenang melihat pesawat yang datang dan pergi; Anjungan.
Aku disini bukan untuk menjemput maupun mengantar seseorang, hanya ingin mengingat sebuah kenangan, sebuah masa yang lampau, aku dan dirinya.

"Yah, bunda tadi ditelepon sama mbak Ratna, katanya Ibu lagi dirawat dirumah sakit, kita semua disuruh berangkat kesana malam ini, bunda sudah siapin semua tinggal beli tiket aja langsung dibandara".

"Maaf bun, kalo malam ini ayah gak bisa, masih ada kerjaan yang gak bisa ditinggal, bunda malam ini berangkat duluan aja, nanti ayah telepon teman ayah yang dibandara buat cariin tiket ke Jogja malam ini, besok pagi ayah langsung nyusul bunda kesana, gimana?"

"Mmm...ya sudah, besok pagi ayah sampai jogja langsung kerumah sakit aja, bunda bawa pakaian ayah sekalian, dah ya yah, bunda berangkat ke bandara dulu".

Andai saja  saat itu kita berangkat bersama, mungkin akan berbeda, setidaknya kita akan tetap bersama, dan percakapan kita ditelepon itu bukanlah percakapan yang terakhir. Pesawat yang engkau tumpangi tidak pernah sampai ke Jogja, karena pesawat itu telah mengantarmu kesurga.

"Tunggu aku"  kataku.

---END---

NOTE :
Tulisan di atas saya ikutkan dalam sebuah Writing Project dengan tema #AntologiRindu tanpa kata Rindu, yaitu sebuah project menulis yang di gagas oleh Wanita Gemini ini yang ide-idenya seakan tak pernah habis. 
Namun sayang, belum cukup baik untuk masuk tahap selanjutnya, hehe...
Memang setelah saya baca lagi beberapa kali, banyak hal yang kurang seperti penulisan 'di-' dan 'ke-' (ini juga tahunya setelah membaca artikel ini tentang penulisan imbuhan yang benar), saya lupa dulu pelajaran Bahasa Indonesia saya dapat berapa ya??? , sungguh untuk yang cita-citanya menjadi seorang penulis pelajaran Bahasa Indonesia itu penting sekali, tapi saat sekolah yang terpenting adalah nilai, mindset kita (orang indonesia) telah tertanam bahwa nilai-lah yang terpenting dari mengapa kita bersekolah?, dan ternyata mindset kita itu benar-benar salah. Semoga saat menjadi orang tua nanti tidak menekankan nilai sebuah pelajaran pada anak, namun lebih kepada paham atau tidaknya, dan tidak menuntut semua pelajaran itu nilainya baik (dengan jumlah pelajaran yang segitu banyaknya di negara kita).

Mengikuti sebuah Writing Project ini adalah kali pertama buat saya, jadi tujuan awalnya adalah sebuah pembelajaran untuk (memulai) menulis, masuk dalam tahap seleksi awal saja sudah senang.
So, gagal bukan berarti berhenti namun sebuah "pecut" untuk memperbaiki dan terus berkarya. Ganbatte!!!




Kamis, 21 November 2013

W.C Umum

Denting piano mengalun lembut seiring tuts yang di tekan pelan, Clair de Lune karya Claude Debussy mengalir di setiap sudut Golden Hall bersama lantunan Philharmonic Orchestra, Vienna.
“Bravo!!!” teriakan dari bangku penonton yang disusul riuhnya tepuk tangan. Aku yang masih terpaku pada piano di depanku setelah nada terakhir , tersentak dan menatap bangga serta haru kepada Conductor yang memimpin orkestra.
Berada di Hall sebesar ini dan di antara orkestra terbaik di dunia adalah impian setiap pianist sepertiku, dan ini telah terwujud.

Dug…Dug…dug!!! 
“Tarnooo!!! Cepetaan, kamu lama amat sih bokernya, aku juga kebelet nih!!!"

Lamunanku buyar bersama suara air yang terbuang.


--END--

Diikutsertakan dalam #FF100Kata hari terakhir Tema : Absurditas

Minggu, 17 November 2013

HARDCORE

“Aku ingin mencoba sesuatu, boleh?” tanya John pada PSK yang baru saja di sewanya untuk malam ini.
“Jika itu memuaskanmu, lanjutkan sayang” sembari membuka seluruh pakaiannya, wanita itu menuju ranjang berlapis selimut putih khas hotel melati.
Bergegas John membuka tas yang selalu di siapkannya khusus untuk setiap momen ini dan mengeluarkan temali.
“Oh, kau suka cara keras rupanya” tantang wanita cantik berambut pirang itu.
“Ikat aku sayang” lanjutnya.

***
Jhon menikmati seluruh tubuh PSK yang terikat itu dengan lidahnya, menjamah setiap lekuk tubuh yang mulai dingin, tak ada erangan dan desahan. Belati tajam telah tertanam di antara paha mulus berambut halus.

----END----


Diikutsertakan dalam #FF100Kata hari ke-10 Tema : Parafilia
image copas dari sini

Jumat, 15 November 2013

Serigala dan Manusia

“Jika aku bisa memakan 99 jantung manusia, maka aku pun dapat berubah menjadi manusia sempurna” Serigala berbulu kelabu itu menjelaskan kepada kawanannya tentang ritual yang akan ia lakukan sebelum purnama tiba.
“Apakah kau tidak pernah mendengar bahwa  tidak ada yang pernah berhasil melakukannya, manusia adalah kawanan yang tidak dapat ditaklukkan” Si betina mengingatkan.

***
“Kapten, dia telah tertangkap, kami menunggu perintah selanjutnya”
“Balaskan kematian 98 korban, bunuh binatang itu dibawah purnama malam ini”.

Serigala kelabu melolong.

DORR!!!

***
“Jika kau tahu bahwa manusialah yang akan membunuhmu, kau pasti mengurungkan obsesimu untuk menjadi manusia” Serigala betina mengintip dari pinggir hutan kembali menuju kawanan.


Diikutsertakan dalam #FF100Kata Hari Ke-10 
Tema : Obsesi
Pict Copas dari sini

Obrolan diwarung Kopi

“Sebuah karya seni” kata pemuda gondrong.
“Sebuah lambang kejantanan” kata lelaki yang lain.
“Lambang seorang narapidana” kata pria berkopiah putih.
“Kalian tahu bahwa zaman dahulu digunakan sebagai tanda seorang budak” kata pria berkacamata, mungkin mahasiswa.
“Sebuah lambang strata sosial, kemaren saya baru pulang dari Bali dan lihat ini, ini namanya tribal!” kata pria berkacamata hitam dengan lantang sambil menunjuk sebuah gambar dilengan kanannya yang tanpa otot melainkan hanya timbunan lemak.
“Sebuah tanda dan cinta” kataku dengan menerawang jauh saat jenazah ayahku di temukan bersama tumpukan abu pabrik yang terbakar, tak bisa dikenali, kecuali tato yang tertulis namaku dan nama ibuku di dadanya.


*Diikut sertakan dalam #FF100kata hari ke-9 Tema : TATO 

Kamis, 14 November 2013

Menempuh Hidup Baru

“Kamu menyesal Mas?” tanyamu di malam pertama kita setelah pagi tadi aku mengucapkan ijab qabul di hadapan penghulu dan keluargamu.
“Aku tidak akan pernah menyesal karena menikahimu”
Aku menatap matanya mencoba untuk meyakinkan bahwa pilihanku menikahinya karena aku mencintainya, bukan karena mengasihaninya walau aku tahu bahwa HIV AIDS telah bersarang di tubuhnya.

Aku mencintaimu jauh sebelum virus sialan itu menggerogoti tubuhmu, melenyapkan sinar pada matamu juga melenyapkan asa pada citamu, jauh sebelum itu.

“Mari kita sempurnakan pernikahan kita”
Aku pun menuntunnya keranjang pengantin yang terhias indah berwarna merah, semerah darah.

Kataku pada malam “SELAMAT MENEMPUH HIDUP DALAM TUBUH BARU, VIRUS SIALAN” .





Diikut sertakan dalam #FF100kata hari ke8 tema : Virus http://sindyisme.blogspot.com/2013/11/ff100kata.html

#FFRabu - Kala Adam Pemakan Daging

“Makanan ini enak sekali, apa kau meminta kepada Tuhan?” Tanya Hawa pada Adam. “Mungkin ini makanan terakhir kita di Surga, aku telah ...