Jangan hadang hujan yang datang,
Karena seribu bunga merindukan belai lembut tetes nirwana,
Jangan hadang badai datang,
Karena setelahnya, setelah porak poranda, ada kedamaian dalam diam mencapai jiwa.
Waktu mungkin mengalahkan raja,
Mencari celah saat ajal terlambat tiba,
“Aku adalah raja, laksana dewa tak kenal nama”
Namun waktu datang jua, saat selir raja telanjang dada,
“ini raga mau kemana? Lusuh tak berpenghuni nafas samudra”
“bakar saja dengan membara, karena dewa tidak butuh seorang raja”.
Maka hilang segala bentuk,
Hujan meninggalkan genangan dan kenangan,
Badai meninggalkan tangis juga hayalan.
Dan turunlah malaikat malam,
Membawa kabar bahwa terang selalu bersama bayang.
Lalu kenapa harus bimbang?
Surya berpijar selalu dengan kabar,
Saat embun menyapa fajar,
Begitu pula hening malam,
Saat senja berlabuh pandang.
Senin, 17 Desember 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
#FFRabu - Kala Adam Pemakan Daging
“Makanan ini enak sekali, apa kau meminta kepada Tuhan?” Tanya Hawa pada Adam. “Mungkin ini makanan terakhir kita di Surga, aku telah ...
-
“Makanan ini enak sekali, apa kau meminta kepada Tuhan?” Tanya Hawa pada Adam. “Mungkin ini makanan terakhir kita di Surga, aku telah ...
-
Bismillahir Rahmaanir Rahiim… *meregangkan jemari* Lantaran lama tak menulis--di Blog maupun di Microsoft Word—membuat kaku otak dan...
-
T erus terang saya tidak suka jika seorang wanita mengucap kata seperti judul postingan ini, yakni "ternyata, semua laki-laki sama saj...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar