"Jadi, sebutan yang cocok untuk orang yang percaya Tuhan tapi memilih untuk tidak beragama, apa yak?"Kalimat tersebut terlontar dari 'kicauan' seorang 'kawan' (@sindyshaen) di sebuah jejaring sosial. Kemudian saya mencoba untuk menjawab pertanyaan tersebut, dan jawabannya adalah AGNOTISIME (ini juga hasil bertanya ke mbah google dan wikipedia). Apakah itu Agnotisisme? silakan langsung menuju dimari.
Nah, lalu apa yang membuat saya tertarik?, Filsafat, yah karena didalamnya berisi filsafat, pertanyaan-pertanyaan dasar yang pasti akan selalu ada untuk setiap manusia, namun tergantung kita juga akhirnya, apakah memilih untuk tetap pada zona nyaman (mengamini yang sudah ada, mengiyakan, dan mengikuti yang sudah tersedia sebelum kita dilahirkan) atau memilih untuk keluar dari selimut tebal yang membuat nyaman, kemudian mencari keber'ada'an Tuhan melalui literatur-literatur yang tersedia (baik itu buku-buku atau fenomena alam, bahkan alam semesta itu sendiri). Kemudian dari kajian-kajian tersebut menjadi banyak kesimpulan, seperti Ateisme yang menyatakan bahwa tidak ada hal empiris yang dapat membuktikan bahwa Tuhan/Dewa-dewa itu ada. Begitu pula dengan Agnotisisme, seorang agnostik mengatakan bahwa adalah tidak mungkin untuk dapat mengetahui secara definitif pengetahuan tentang "Yang-Mutlak"; atau , dapat dikatakan juga, bahwa walaupun perasaan secara subyektif dimungkinkan, namun secara obyektif pada dasarnya mereka tidak memiliki informasi yang dapat diverifikasi, atau bisa dikatakan juga bahwa percaya 'adanya' Tuhan namun tidak percaya akan keberadan 'Agama', sebagian besar kita mungkin beranggapan demikian walau kewajiban masyarakat khususnya di Indonesia mewajibkan memilih salah satu agama yang di 'legal'kan pemerintah meskipun hanya untuk sekedar mengisi Kartu Tanda Penduduk agar tidak kosong dibagian agama.
Karena agama 'mengkotak-kotakan' Tuhan, hal tersebut bisa kita lihat sendiri di negara kita yang tercinta Indonesia (namun saya tidak cinta orang-orang dalam pemerintahannya ::curcol::) yang majemuk, memiliki berbagai macam agama, dimana setiap agama memiliki (nama) Tuhan yang berbeda. Hal inilah yang menjadi salah satu 'bahan pertimbangan' paham agnotistik, namun tetap perbedaan adalah indah selama masih beradu argumen dengan akal pikir yang sehat, bukan dengan emosi dan egoisme yang mengatakan "saya yang benar sedangkan yang lain salah", dan menjadi fanatik terhadap sebuah ajaran.
Jadi apakah agama itu? Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.Untuk lebih lengkapnya silakan check disini. Namun menurut saya agama adalah AKAL PIKIR MANUSIA DITAMBAH DENGAN PENGETAHUAN DAN KEYAKINAN (IMAN), kok bisa? karena kita manusia lahir tanpa membawa agama, maksudnya saat bayi lahir belum memiliki akal pikir, pengetahuan, dan kepercayaan akan Tuhan (sifat), polos seperti kertas kosong tanpa tulisan dan tanpa warna, bening laksana embun pada pagi dihutan hujan tropis. Lalu kemudian karena orang tua yang melahirkan dan merawat kita sudah beragama terlebih dahulu maka secara otomatis si bayi juga memiliki agama yang sama? Bagi yang memilih zona nyaman, maka diterimalah 'keotomatisan' tersebut, bagi yang tidak, maka menggunakan akal pikirnya untuk mencari tahu tentang Tuhan, laksana Ibrahim/Abraham yang mencari Tuhannya, saat siang mengira matahari adalah Tuhan dan saat malam mengira bulan adalah Tuhannya yang memberi hidup dan kehidupannya.Disini Ibrahim hanya masih menggunakan Akal serta pikirnya saja tanpa pengetahuan, lalu kapankah pengetahuan itu hadir? tidak dijelaskan, disitulah letak rahasianya.
Maka kita perlu menambah pengetahuan tentang apa yang ingin kita cari tersebut, dalam hal ini tentang Tuhan. Lalu siapakah yang bisa menjelaskan tentang Diri Tuhan itu sendiri kecuali Tuhan itu sendiri yang menjelaskannya? Ibarat sebuah rumah yang didalamnya terdapat pemilik rumah, maka untuk berkenalan dengan si empunya rumah maka wajiblah kita mengetuk pintu agar si empunya rumah berkenan untuk membuka pintu buat kita. Selanjutnya, silakan saling kenal mengenal.
Ada sebuah perkataan sebagai berikut :"Akal pikiran itu terbatas, maka dengan jalan akal pikiran tidak akan Tuhan dicapai, bila telah mengakui kelemahan diri mencapai Dia, itulah tandanya Dia sudah dicapai". Dari kata tersebut mengakui kelemahan bukan berarti pasrah menerima apa yang ada, tetapi lebih kepada penyerahan bahwa segala pengetahuan akan Tuhan dan semesta itu hanyalah Dia saja yang memiliki, seperti halnya Samurai yang kalah berperang, maka nyawa samurai tersebut adalah milik si pemenang. Sebuah perkataan kembali yang di ambil dari sebuah hadist Qudsi "Bahwa Tuhan berkata "carilah Aku, jika bertemu dengan Ku akan kubunuh dirimu dan akan Ku gantikan dirimu dengan diri Ku". Intinya kita tidak akan pernah bisa melihat diri kita selain bercermin.
Tulisan ini hanya sebuah pikiran yang ada dikepala, bukan untuk menyinggung lain pihak, dan mata saya sudah sayup ingin di buai, maka saya sudahi postingan kali ini, terima kasih sudah berkunjung (^_^)....
thanks to : wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar