|
Koleksi pribadi |
Judul : Maya : Misteri Dunia dan Cinta
Penulis :
Jostein Gaarder
Penerjemah :
Winny Prasetyowati
Penyunting :
Andityas Prabantoro
Penerbit : Mizan
Cetakan :
Pertama, Januari 2008
Halaman :
458 halaman
ISBN :
979-433-491-X
Blurb/Sinopsis :
Diperlukan waktu
bermiliar-miliar tahun untuk menciptakan seorang manusia, dan diperlukan hanya
beberapa detik untuk mati.
Di Pulau Taveuni, Fiji, Sejumlah orang tanpa sengaja
berkumpul. Setiap dari mereka diam-diam menyimpan luka di hati. John Spooke,
seorang penulis Inggris, masih berduka akan kematian istrinya. Frank Andersen,
seorang ahli biologi evolusioner dari Norwegia, kehilangan seorang anak dalam
sebuah kecelakaan tragis dan berpisah dari istrinya.
Di antara mereka, tidak ada yang lebih menarik perhatian
daripada Ana dan Jose, pasangan penuh teka-teki dari Spanyol. Mengapa mereka
kerap saling melontarkan kalimat-kalimat ganjil tentang alam semesta dan Joker?
Mengapa Ana begitu mirip dengan model lukisan Maja karya Goya yang terkenal? Dan
siapakah Joker itu? Apa hubungannya dengan Maya, “ilusi-dunia”?
Resensi :
Diperlukan waktu
bermiliar-miliar tahun untuk menciptakan seorang manusia, dan diperlukan hanya
beberapa detik untuk mati.
Disuguhi kalimat filsafat pada sinopsis yang tertera pada cover belakang sebuah buku adalah hal yang selalu
menarik perhatian—setidaknya itu yang terjadi pada saya—seperti kalimat pembuka di
atas. Belum lagi nama penulis yang tertera pada buku tersebut, seorang Jostein
Gaarder yaitu penulis buku novel filsafat yang menjadi International best-seller, Dunia Sophie. Jadi bukanlah hal
berlebihan jika saya mengharapkan sebuah tulisan yang menarik tentang sebuah
cerita fiksi dibalut filsafat yang pasti membutuhkan konsentrasi lebih dalam
membacanya.
Maya Misteri Dunia dan Cinta, bercerita tentang kehidupan,
kematian, dan juga tentang di antaranya yaitu cinta. Adalah John Spooke seorang
penulis Inggris yang bertutur tentang perjalanan saat mencari ide untuk menulis
sebuah novel terbarunya yang bertemu dengan seorang ahli biologi evolusioner, Frank Andersen.
Keduanya memiliki persamaan, yaitu sama-sama kehilangan orang yang mereka
cintai dan ketertarikan pada pasangan Spanyol yang baru mereka temui di Fiji, Ana Maria dan Jose, di mana
pasangan ini sering saling melontarkan pernyataan-pernyataan ‘aneh’ dalam
bahasa Spanyol yang kebetulan Frank Andersen juga mahir dalam berbahasa
Spanyol.
“Kita melahirkan dan
dilahirkan oleh sebuah jiwa yang tak kita kenal. Ketika teka-teki itu berdiri
pada kedua kakinya tanpa dapat terpecahkan, itulah giliran kita. Ketika impian
mencubit lengannya sendiri tanpa terbangun, itulah kita. Karena kita adlah
teka-teki yang tak teterka siapa pun. Kita adalah dongeng yang terperangkap
dalam khayalannya sendiri. Kita adalah apa yang terus berjalan tanpa pernah
tiba pada pengertian ….” (halaman 75)
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur mundur,
karena tokoh dalam novel yaitu John Spooke menceritakan tentang surat yang
ditulis oleh Frank Andersen untuk mantan istrinya, Vera. Frank dan Vera berpisah setelah kecelakaan yang merenggut nyawa anak mereka, dan Frank menuduh kematian anak mereka terjadi atas kelalaian Vera.
Surat adalah hal yang
sering kita jumpai dalam buku yang ditulis oleh Joestein Gaarder—dalam beberapa
buku yang telah saya baca seperti Dunia Sophie, Perpustakaan Ajaib Bibbi
Bokken, dan Cecilia dan Malaikat Ariel.
Awalnya saya bingung karena tokoh pencerita dalam novel terdiri dari dua orang
yaitu John dan Frank, namun ternyata John hanya bercerita pada bab awal dan
akhir yang menjadi pembuka dan pelengkap surat-surat Frank kepada Vera. Butuh
lebih dari sekali membaca untuk memahami novel ini sepertinya.
Untuk masuk ke dalam cerita saya berteman dengan Mesin
Pencari Google, karena banyak hal yang saya belum tahu tentang apa yang menjadi
topik pembicaraan tokoh dalam novel tersebut, seperti lukisan Le Maja Desnuda
dan Le Maja Vestida karya pelukis Francisco Goya yang menjadi topik
penting dalam novel ini.
Dalam novel Maya : Misteri Dunia dan Cinta, banyak hal yang dapat kita ambil pelajaran,
selain teori-teori alam semesta, teori evolusi, juga pelajaran tentang
kehidupan, bahwa ada batasan waktu dalam kehidupan yang kita sebut sebagai
kematian, namun juga ada kehidupan yang lahir setelah kematian.
“Manusia mungkin
adalah satu-satunya makhluk hidup di seluruh alam semesta yang memiliki
kesadaran alam semesta. Maka, melindungi lingkungan hidup di planet ini
bukanlah hanya sebuah tanggung jawab global, melainkan merupakan tanggung jawab
kosmos. Suatu hari, gelap gulita mungkin akan menutupi lagi samudra raya. Dan
sekali lagi, Roh Tuhan tidak melayang-layang di atas permukaan air.” (halaman
427)
Saya tidak merekomendasikan novel ini untuk bacaan di
sela-sela kesibukan, karena akan menguras daya pikir dan waktu. 3 bintang dari
5 bintang untuk kepiawaian penulis dalam menggabungkan misteri, dongeng,
filsafat, seni, sejarah, dan pengetahuan ilmiah serta menambah bumbu cinta pada
tulisannya.